Kelahiran-kelahiran seni rupa yang berbeda-beda tiap-tiap jaman dikarenakan masing-masing jaman itu memiliki aliran-aliran pikiran yang berbeda. Masing-masing jaman melahirkan karya-karya seni rupa dengan ciri-cirinya masing-masing. Adakalanya pada satu jaman lahir aliran-aliran pikiran-pikiran yang berbeda-beda, sehingga melahirkan pula corak karya seni rupa yang berbeda.
Lebih Jelasnya Baca: Mengenal Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Dalam Seni Rupa
Jadi yang dimaksud dengan gaya dalam seni rupa adalah corak atau isme yang dikarenakan aliran-aliran pikiran yang mendorong atau melatar belakangi kelahiran karya seni rupa itu.
Karena adanya perbedaan-perbedaan konsepsi pikiran dari mmasing-masing jaman, maka masing-masing jaman melahirkan kesenian yang mempunyai ciri-ciri yang khusus. Adanya bermacam gaya, corak atau isme itu mempunyai pesona-pesona sendiri yang khusus dan khas. Di samping itu, tiap-tiap aliran corak, gaya atau isme itu mempunyai tujuan tertentu atau fungsi sendiri-sendiri. Atau tiap-tiap aliran itu mempunyai cita-cita sendiri, sesuai dengan pikiran jamannya.
Karena cita-cita seni yang berbeda-beda, yang satu kearah kemanusiaan, yang satunya kearah keTuhanan dan sebagainya, maka karya-karya seni itu memperlihatkan wujud yang berbeda-beda. Namun demikian kesenian mempunyai aspek-aspek persamaan. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa mutu suatu ciptaan terutama pada sifatnya yang khas, yang tak ada pada ciptaan lain untuk mencari karya yang khas, unik dan tidak ada duanya itu, maka orang menolah ke masa seni primitif. Kesenian primitif kesederhanaanya menimbulkan kesan yang mengagumkan. Kesenian primitif tidak dibuat atas dasar-sadar artistik tetapi dibuat atas dasar sadar magis. Benda yang dibuat tidak ditujukan sama sekali untuk benda seni yang menarik (artistik), tapi sebagai benda sakti. Contoh: Patung-patung suku Asmat dari Irian sungguh menarik pesona seni orang-orang modern, meskipun karya-karya itu tidak memiliki keindahan menurut pesona seni klasik.
Kita sering keliru menilai suatu karya seni dan menilai tidak dari karya seni itu sendiri pada jamannya, melainkan dengan kriteria dari luar jaman karya seni itu. Biasanya kita menggunakan ukuran masa kini atau masa klasik untuk menilai karya seni primitif.
Gaya klasik semula dimaksudkan ialah kesenian Yunani Kuno. Di Indonesia kesenian dan kesusastraan Hindhu dianggap klasik. Kadang-kadang kesusastraan Melayu juga disebut klasik. Ciri-ciri klasik adalah tenang, romantis, symetris atau seimbang. Contoh: wayang kulit, patung dari jaman Hindhu dan sebagainya.
Lawan dari klasik ialah seni romantik, yang dengan sadar mengingkari keseimbangan klasik, bentuk teratur dan tradisional. Sedangkan romantik menyampaikan realitas dan mengikuti emosi, terutama emosi yang dramatis dan tragis yang amat menarik. Para seniman romantik mengubah ralitas dengan berdasarkan fantasinya dan selanjutnya sesolah-olah hidup di dalam impian.
Dengan demikian wajarlah para seniman romantik mencari obyek yang bisa merangsang fantasi-fantasinya dan bisa memberi jalan untuk melahirkan rasa romantisnya. Pelukis romantis Indonesia yang terkenal adalah Basuki Abdullah dengan buah karyanya yang menawan penggemarnya.
Di Barat romantik berkembang pada bagian akhir abad ke 18 atau pada permulaan abad ke 19, bersamaan dengan aliran neo-klasik. Neo-klasik adalah aliran ysng berorientsi pada kebenaran dan keindahan Rococo yang berkembang di Perancis pada pertengahan abad ke 18
Apabila gaya rococo mencerminkan kehalusan dan permainan cinta serta keinginan menghias tanpa tujuan tertentu, maka gaya neo-klasik ialah suatu jawaban terhadap kerinduan pada masa silam dari kesenian negara tua. Ciri-cirinya:
Perbedaan dengan corak Barok nampak jelas. Gaya Barok titik berat di segala jurusan,tidak ada keseimbangan synetris. Warna dan sinar kontras dan serba bergerak. Ukuran tafril serba besar. Sedangkan seni klasik, titik berat pada tengah-tengah lukisan, seimbang dan symentris. Karya Korevoor dan Hesseling adalah salah satu contoh gaya Barok yang memperlihatkan bermacam-macam efek yang bergerak dengan kontras yang kuat sekali.
Sesudah gaya romantik, berturut-turut timbul realisme, impresionisme dan ekspresionesme.Realisme di bedakan naturalisme. Realisme tidak seperti hal romantik yang hanyut pada emosi individual, melainkan tingkah laku di dunia pada umumnya. Jadi terletak pada arah kebenaran umum dalam hal ini kehidupan sosial. Di barat karya Daumier adalah contoh yang baik untuk gaya realisme. Dan Di Indonesia kita dapat menunjuk karya-karya Henk Ngantung yang menggambarkan kehidupan para petani, buruh dan nelayan dari tingkat kelompok sosial bawah.
Apa yang telah di paparkan di atas sebagai gaya ralis yang berbeda dengan gaya naturalis. Gaya naturalis selalu mewujudkan seperti terlihat dalam alam. Dalam lukisan naturalis seniman menghubungkan hal-hal kecil sebanyak mungkin, membangun lukisan secara teliti dan terperinci dengan selalu mengulang supaya mirip dengan benda sesungguhnya secar foto grafis dengan memperhatikan bentuk maupun tekstur, refleksi warna dari satu benda terhadap yang lain dan sebagainya. Contoh karya naturalis yang banyak adalah karya-karya Abdullah Surio Subroto yang senang melukis obyek-obyek pemandangan di sekitar gunung merapi dan alam pengunungan yang indah.
Gaya impresionisme menggunakan bintik-bintik bersih dari warna-warna yang di letakkan terpisah (berjajar) satu persatu yang mempertinggi kecemerlangan warna satu terhadap yang lain. Hasilnya melahirkan efek-efek yang menggetar pada mata pengamat. Contoh karya-karya impresionisme adalah karya-karya seniman: Monet, Manet, Vincent van Gogh and sebagainya. Di Indonesia karya Gusti Ngurah Gede pemecutan yang bergaya pointilisme adalah salah satu contoh gaya impresionisme.
Apabila gaya impresionisme hanya menangkap kesan luar dari suatu obyek yang dilukiskan dengan warna cahaya yang meleleh, lain halnya dengan ekspresionisme. Aliran ini mengutamakan (untuk lukis) kesan dalam yang bersifat bathiniah. Melalui ekspresionisme, seniman sedang berusaha mengungkapkan perasaan yang biasanya ada, ialah sesuatu yang menyedihkan. Tidak ada suatu kemungkinan untuk melihat lukisan-lukisan macam ini, tanpa merasakan sesuatu dari konflik bathin yang menggerakkan jiwa. Lukisan ekspresionisme memaksa pengamat berfikir tentang bentuk serta distori warna yang dipergunakan sebagai bahasa oleh pelukisnya. Contoh karya Vincent van Gogh dan El Greco. Di Indonesia karya-karya Affandi adalah contoh yang baik bagi gaya ekspresionisme. Pada aliran ekspresionisme, seniman berusaha mengungkapkan kesadaran jiwanya yang dalam terhadap obyeknya. Jadi corak ekspresionisme itu sesungguhnya mengambarkan bagaimana sesungguhnya perasaan jiwanya terhadap obyeknya, bukan lagi menggambarkan kesan rasa luar dari suatu obyek. Corak ekspresionisme lebih mementingkan ekspresi, yaitu pernyataan bathin yang selalu tumbuh karna dorongan akan menjelmakan perasaan atau buah pikiran. Pada corak ekspresionisme itu yang diutamakan inti sari atau hakekat, jadi soal “di dalam” atau ada juga yang mengatakan soal “kejawaan”.
Oleh karena yang diungkapkan soal kejiwaan, sedangkan jiwa itu sesuatu yang abstrak, yang wujudnya ada kalanya abstrak. Corak ekspresionisme inilah menjadi dasar seni modern dengan beberapa cabangnya seperti: kubisme, fauvisme, purisme, futurisme, dadaisme, surrrealisme, naif-primitifisme dan sebagainya.
Baca Juga: Pengertian Dan Tujuan Seni Rupa
Kubisme, adalah nama bagi suatu aliran dalam seni lukis dan seni pahat modern yang lahir pada tahun 1908. Aliran ini mula bertujuan unruk mempersahajakan benda-benda menjadi bentuk-bentuk geometris, kemudian lebih bercorak dekoratif dan non- obyektif.
Penganjuran pertama adalah Pablo Picasso dan Brauque. Karya Pablo Picasso yang bergaya kubisme yang terkenal adalah lukisannya yang berjudul “Guernice” (1937). Sebenarnya lukisan ini kombinasi gaya ekspresionisme, surrealisme dan kubisme. Lukisan ini adalah buah dari reaksi kemarahan Picasso atas pengeboman semena-mena oleh angkatan udara jerman atas Guernice yang sama sekali tidak dipertahankan secara militer.
Fauvisme, adalah aliran dalam seni lukis yang bereksperimen dengan bentuk. Karena kebebasannya menggambarkan bentuk, maka oleh pelukis tradisional disebut “pelukis liar” bahasa perancis (fauve = binatang liar), nama yang dikarang oleh L.Fauxelles (1903). Ciri-cirinya: warnanya kuat, sapuan-sapuannya lebar berjejer dan berdampingan dan pingiran warna-warnanya dilunakkan. Lahir dan berkembang pada tahun 1904-1909. Tokoh-tokohnya: Matisse, Drain dan Vlaminch.
Purisme,adalah aliran dalam seni lukis yang amat menyederhanakan elemen-elemen kontruksi dan sangat membatasi pemakaian warna. Bahkan dikatakan, purisme adalah pengolahan lebih lanjut terhadap kubisme. Tokohnya adalah Ozenfant.
Futurisme, adalah suatu gerakan sastra yang bercorak politik. Lahir pada tahun 1909 oleh seorang Italia F.T. Marinetti dengan suatu manifes yang menganjurka sifat sportif dan pro terhadap segala apa yang dapat memajukan tehnik dan kecepatan. Sebaliknya ia menentang kepada apa yang masih berhubungan dengan waktu lalu. Anti terhadap setiap sikap yang berdasarkan filsafat atau sikap hidup yang didapatkan secara intelektualistis. Kehidupan seni rupa waktu itu sangat dipengaruhi, sebagai reaksi terhadap akademisme yang mundur waktu itu di Iitalia.
Lukisan-lukisan futurisme mengutamakan gerak sehingga lahir macam-macam gerak dari suatu benda. Ssemuanya dilihat dari pangkal tolak motoris (gerak). Pelukis futurist melukiskan benda-benda tidak lagi dari suatu tempat tertentu, tapi mengumpulkan penangkapan kesan menjadi satu gambaran atau kombinasi, fragmen dari pengamatan menggugah. Selanjutnya mereka melahirkan gerak dan kekuatan dan juga buah dan suara dari pada warna dan garis. Mereka melemparkan jauh-jauh dari prinsip perspektif.
Dadaisme, adalah suatu gerakan yang radikal sekali di kalangan pelukis dan pujangga-pujangga, yang menentang segala macam kesenian yang telah diakui dan anti terhadap nilai-nilai tradisional.
Perkataan “dada” berasal dari bahasa Perancis, yaitu perkataan yang diucapkan anak kecil baru belajar berkata-kata. Perkataan “dada” juga berarti “hobby” suatu pekerjaan yang digemari. Gaya dadaisme muncul sewaktu perang dunia I di Swiss dan mengalami kemajuan dengan pesat sesudah tahun 1908, terutama di Perancis dan Jerman. Tokohnya di bidang seni lukis adalah Hans Arp.
Surrealisme, adalah aliran untuk melukiskan suatu aktivitas jiwa manusia, yakni aktifitas jiwa yang masih dalam keadaan bebas, yang belum terkekang oleh kaidah-kaidah logika, etika, estetika dan sebagainya.
Jadi surrealisme ini hendak melukiskan pengalaman manusia secara sedalam-dalamnya. Aliran ini lahir sejak terbitnya manifes yang ditulis oleh A. Breton (manifesto du surrealisme) pada Tahun 1942 dan memuncak antara tahun 1934 – 1938. Karya-karya yang tergolong surrealis adalah buah karya: Savador Dali, M. Chagall dan Paul Klee.
Naif – Primitifisme, aliran dalam seni luis yang sederhana kekanak-kanakan. (Naif artinya = kekanak-kanakan, primitif artinya = sederhana. Aliran ini diikuti oleh pelukis Henri Rousscau (1844 – 1910), Moris Utrillo dan Marval.
Corak dan gaya seni modern ekspresionis tidak terbatas oleh objek-objek tertentu. Akibat dari pada luasnya daerah seni modern itu, maka variasi yang terdapat di dalamnya tidak terhingga pula jumlahnya sehingga tidak mungkin untuk memasukkannya dalam sesuatu devenisi yang normal. Seni modern berkisar dari yang paling realistis sampai kepada yang paling abstrak.
Lebih Jelasnya Baca: Mengenal Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Dalam Seni Rupa
Jadi yang dimaksud dengan gaya dalam seni rupa adalah corak atau isme yang dikarenakan aliran-aliran pikiran yang mendorong atau melatar belakangi kelahiran karya seni rupa itu.
Karena adanya perbedaan-perbedaan konsepsi pikiran dari mmasing-masing jaman, maka masing-masing jaman melahirkan kesenian yang mempunyai ciri-ciri yang khusus. Adanya bermacam gaya, corak atau isme itu mempunyai pesona-pesona sendiri yang khusus dan khas. Di samping itu, tiap-tiap aliran corak, gaya atau isme itu mempunyai tujuan tertentu atau fungsi sendiri-sendiri. Atau tiap-tiap aliran itu mempunyai cita-cita sendiri, sesuai dengan pikiran jamannya.
Karena cita-cita seni yang berbeda-beda, yang satu kearah kemanusiaan, yang satunya kearah keTuhanan dan sebagainya, maka karya-karya seni itu memperlihatkan wujud yang berbeda-beda. Namun demikian kesenian mempunyai aspek-aspek persamaan. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa mutu suatu ciptaan terutama pada sifatnya yang khas, yang tak ada pada ciptaan lain untuk mencari karya yang khas, unik dan tidak ada duanya itu, maka orang menolah ke masa seni primitif. Kesenian primitif kesederhanaanya menimbulkan kesan yang mengagumkan. Kesenian primitif tidak dibuat atas dasar-sadar artistik tetapi dibuat atas dasar sadar magis. Benda yang dibuat tidak ditujukan sama sekali untuk benda seni yang menarik (artistik), tapi sebagai benda sakti. Contoh: Patung-patung suku Asmat dari Irian sungguh menarik pesona seni orang-orang modern, meskipun karya-karya itu tidak memiliki keindahan menurut pesona seni klasik.
Kita sering keliru menilai suatu karya seni dan menilai tidak dari karya seni itu sendiri pada jamannya, melainkan dengan kriteria dari luar jaman karya seni itu. Biasanya kita menggunakan ukuran masa kini atau masa klasik untuk menilai karya seni primitif.
Gaya klasik semula dimaksudkan ialah kesenian Yunani Kuno. Di Indonesia kesenian dan kesusastraan Hindhu dianggap klasik. Kadang-kadang kesusastraan Melayu juga disebut klasik. Ciri-ciri klasik adalah tenang, romantis, symetris atau seimbang. Contoh: wayang kulit, patung dari jaman Hindhu dan sebagainya.
Lawan dari klasik ialah seni romantik, yang dengan sadar mengingkari keseimbangan klasik, bentuk teratur dan tradisional. Sedangkan romantik menyampaikan realitas dan mengikuti emosi, terutama emosi yang dramatis dan tragis yang amat menarik. Para seniman romantik mengubah ralitas dengan berdasarkan fantasinya dan selanjutnya sesolah-olah hidup di dalam impian.
Dengan demikian wajarlah para seniman romantik mencari obyek yang bisa merangsang fantasi-fantasinya dan bisa memberi jalan untuk melahirkan rasa romantisnya. Pelukis romantis Indonesia yang terkenal adalah Basuki Abdullah dengan buah karyanya yang menawan penggemarnya.
Di Barat romantik berkembang pada bagian akhir abad ke 18 atau pada permulaan abad ke 19, bersamaan dengan aliran neo-klasik. Neo-klasik adalah aliran ysng berorientsi pada kebenaran dan keindahan Rococo yang berkembang di Perancis pada pertengahan abad ke 18
Apabila gaya rococo mencerminkan kehalusan dan permainan cinta serta keinginan menghias tanpa tujuan tertentu, maka gaya neo-klasik ialah suatu jawaban terhadap kerinduan pada masa silam dari kesenian negara tua. Ciri-cirinya:
- Mengagung-agungkan bentuk,
- Komposisi seimbang,
- Gerak tidak berlebih-lebihan,
- Warnanya dingin dan
- Obyek tentang sejarah dan mitologi.
Perbedaan dengan corak Barok nampak jelas. Gaya Barok titik berat di segala jurusan,tidak ada keseimbangan synetris. Warna dan sinar kontras dan serba bergerak. Ukuran tafril serba besar. Sedangkan seni klasik, titik berat pada tengah-tengah lukisan, seimbang dan symentris. Karya Korevoor dan Hesseling adalah salah satu contoh gaya Barok yang memperlihatkan bermacam-macam efek yang bergerak dengan kontras yang kuat sekali.
Sesudah gaya romantik, berturut-turut timbul realisme, impresionisme dan ekspresionesme.Realisme di bedakan naturalisme. Realisme tidak seperti hal romantik yang hanyut pada emosi individual, melainkan tingkah laku di dunia pada umumnya. Jadi terletak pada arah kebenaran umum dalam hal ini kehidupan sosial. Di barat karya Daumier adalah contoh yang baik untuk gaya realisme. Dan Di Indonesia kita dapat menunjuk karya-karya Henk Ngantung yang menggambarkan kehidupan para petani, buruh dan nelayan dari tingkat kelompok sosial bawah.
Apa yang telah di paparkan di atas sebagai gaya ralis yang berbeda dengan gaya naturalis. Gaya naturalis selalu mewujudkan seperti terlihat dalam alam. Dalam lukisan naturalis seniman menghubungkan hal-hal kecil sebanyak mungkin, membangun lukisan secara teliti dan terperinci dengan selalu mengulang supaya mirip dengan benda sesungguhnya secar foto grafis dengan memperhatikan bentuk maupun tekstur, refleksi warna dari satu benda terhadap yang lain dan sebagainya. Contoh karya naturalis yang banyak adalah karya-karya Abdullah Surio Subroto yang senang melukis obyek-obyek pemandangan di sekitar gunung merapi dan alam pengunungan yang indah.
Gaya impresionisme menggunakan bintik-bintik bersih dari warna-warna yang di letakkan terpisah (berjajar) satu persatu yang mempertinggi kecemerlangan warna satu terhadap yang lain. Hasilnya melahirkan efek-efek yang menggetar pada mata pengamat. Contoh karya-karya impresionisme adalah karya-karya seniman: Monet, Manet, Vincent van Gogh and sebagainya. Di Indonesia karya Gusti Ngurah Gede pemecutan yang bergaya pointilisme adalah salah satu contoh gaya impresionisme.
Apabila gaya impresionisme hanya menangkap kesan luar dari suatu obyek yang dilukiskan dengan warna cahaya yang meleleh, lain halnya dengan ekspresionisme. Aliran ini mengutamakan (untuk lukis) kesan dalam yang bersifat bathiniah. Melalui ekspresionisme, seniman sedang berusaha mengungkapkan perasaan yang biasanya ada, ialah sesuatu yang menyedihkan. Tidak ada suatu kemungkinan untuk melihat lukisan-lukisan macam ini, tanpa merasakan sesuatu dari konflik bathin yang menggerakkan jiwa. Lukisan ekspresionisme memaksa pengamat berfikir tentang bentuk serta distori warna yang dipergunakan sebagai bahasa oleh pelukisnya. Contoh karya Vincent van Gogh dan El Greco. Di Indonesia karya-karya Affandi adalah contoh yang baik bagi gaya ekspresionisme. Pada aliran ekspresionisme, seniman berusaha mengungkapkan kesadaran jiwanya yang dalam terhadap obyeknya. Jadi corak ekspresionisme itu sesungguhnya mengambarkan bagaimana sesungguhnya perasaan jiwanya terhadap obyeknya, bukan lagi menggambarkan kesan rasa luar dari suatu obyek. Corak ekspresionisme lebih mementingkan ekspresi, yaitu pernyataan bathin yang selalu tumbuh karna dorongan akan menjelmakan perasaan atau buah pikiran. Pada corak ekspresionisme itu yang diutamakan inti sari atau hakekat, jadi soal “di dalam” atau ada juga yang mengatakan soal “kejawaan”.
Oleh karena yang diungkapkan soal kejiwaan, sedangkan jiwa itu sesuatu yang abstrak, yang wujudnya ada kalanya abstrak. Corak ekspresionisme inilah menjadi dasar seni modern dengan beberapa cabangnya seperti: kubisme, fauvisme, purisme, futurisme, dadaisme, surrrealisme, naif-primitifisme dan sebagainya.
Baca Juga: Pengertian Dan Tujuan Seni Rupa
Kubisme, adalah nama bagi suatu aliran dalam seni lukis dan seni pahat modern yang lahir pada tahun 1908. Aliran ini mula bertujuan unruk mempersahajakan benda-benda menjadi bentuk-bentuk geometris, kemudian lebih bercorak dekoratif dan non- obyektif.
Penganjuran pertama adalah Pablo Picasso dan Brauque. Karya Pablo Picasso yang bergaya kubisme yang terkenal adalah lukisannya yang berjudul “Guernice” (1937). Sebenarnya lukisan ini kombinasi gaya ekspresionisme, surrealisme dan kubisme. Lukisan ini adalah buah dari reaksi kemarahan Picasso atas pengeboman semena-mena oleh angkatan udara jerman atas Guernice yang sama sekali tidak dipertahankan secara militer.
Fauvisme, adalah aliran dalam seni lukis yang bereksperimen dengan bentuk. Karena kebebasannya menggambarkan bentuk, maka oleh pelukis tradisional disebut “pelukis liar” bahasa perancis (fauve = binatang liar), nama yang dikarang oleh L.Fauxelles (1903). Ciri-cirinya: warnanya kuat, sapuan-sapuannya lebar berjejer dan berdampingan dan pingiran warna-warnanya dilunakkan. Lahir dan berkembang pada tahun 1904-1909. Tokoh-tokohnya: Matisse, Drain dan Vlaminch.
Purisme,adalah aliran dalam seni lukis yang amat menyederhanakan elemen-elemen kontruksi dan sangat membatasi pemakaian warna. Bahkan dikatakan, purisme adalah pengolahan lebih lanjut terhadap kubisme. Tokohnya adalah Ozenfant.
Futurisme, adalah suatu gerakan sastra yang bercorak politik. Lahir pada tahun 1909 oleh seorang Italia F.T. Marinetti dengan suatu manifes yang menganjurka sifat sportif dan pro terhadap segala apa yang dapat memajukan tehnik dan kecepatan. Sebaliknya ia menentang kepada apa yang masih berhubungan dengan waktu lalu. Anti terhadap setiap sikap yang berdasarkan filsafat atau sikap hidup yang didapatkan secara intelektualistis. Kehidupan seni rupa waktu itu sangat dipengaruhi, sebagai reaksi terhadap akademisme yang mundur waktu itu di Iitalia.
Lukisan-lukisan futurisme mengutamakan gerak sehingga lahir macam-macam gerak dari suatu benda. Ssemuanya dilihat dari pangkal tolak motoris (gerak). Pelukis futurist melukiskan benda-benda tidak lagi dari suatu tempat tertentu, tapi mengumpulkan penangkapan kesan menjadi satu gambaran atau kombinasi, fragmen dari pengamatan menggugah. Selanjutnya mereka melahirkan gerak dan kekuatan dan juga buah dan suara dari pada warna dan garis. Mereka melemparkan jauh-jauh dari prinsip perspektif.
Dadaisme, adalah suatu gerakan yang radikal sekali di kalangan pelukis dan pujangga-pujangga, yang menentang segala macam kesenian yang telah diakui dan anti terhadap nilai-nilai tradisional.
Perkataan “dada” berasal dari bahasa Perancis, yaitu perkataan yang diucapkan anak kecil baru belajar berkata-kata. Perkataan “dada” juga berarti “hobby” suatu pekerjaan yang digemari. Gaya dadaisme muncul sewaktu perang dunia I di Swiss dan mengalami kemajuan dengan pesat sesudah tahun 1908, terutama di Perancis dan Jerman. Tokohnya di bidang seni lukis adalah Hans Arp.
Surrealisme, adalah aliran untuk melukiskan suatu aktivitas jiwa manusia, yakni aktifitas jiwa yang masih dalam keadaan bebas, yang belum terkekang oleh kaidah-kaidah logika, etika, estetika dan sebagainya.
Jadi surrealisme ini hendak melukiskan pengalaman manusia secara sedalam-dalamnya. Aliran ini lahir sejak terbitnya manifes yang ditulis oleh A. Breton (manifesto du surrealisme) pada Tahun 1942 dan memuncak antara tahun 1934 – 1938. Karya-karya yang tergolong surrealis adalah buah karya: Savador Dali, M. Chagall dan Paul Klee.
Naif – Primitifisme, aliran dalam seni luis yang sederhana kekanak-kanakan. (Naif artinya = kekanak-kanakan, primitif artinya = sederhana. Aliran ini diikuti oleh pelukis Henri Rousscau (1844 – 1910), Moris Utrillo dan Marval.
Corak dan gaya seni modern ekspresionis tidak terbatas oleh objek-objek tertentu. Akibat dari pada luasnya daerah seni modern itu, maka variasi yang terdapat di dalamnya tidak terhingga pula jumlahnya sehingga tidak mungkin untuk memasukkannya dalam sesuatu devenisi yang normal. Seni modern berkisar dari yang paling realistis sampai kepada yang paling abstrak.
0 komentar:
Post a Comment