Aku Kehabisan Kata-kata Puitis Untukmu
Kukais-kais dari rubrik puisi di koran-koran, tak juga ketemu
Serangkaian kata puitis yang ingin kupersembahkan untukmu
Ada banyak kata dan kalimat indah nan menggetarkan di puisi-puisi itu
Tapi aku takut kau tak mampu mencernanya
Bukan maksudku mengataimu tak cukup pintar buat memahaminya
Toh, aku pun hanya bisa mengejanya, tak tahu apa maksudnya
Lalu kubuka status di dinding-dinding fesbuk
Ribuan teman yang kebanyakan tak pernah kujumpa
Tetap saja, tak ada kata-kata puitis itu, yang ingin kuberikan padamu
Di sana hanya ada sumpah serapah, caci maki, keluhan dan curhat
Bahkan pada status milik para penyair
Aku ingin terus mencari-carinya, kata-kata puitis itu
Tak ada hal berlebihan jika itu menyangkut dirimu
Tapi kalau setiap penyair membuat puisi hanya untuk dirinya
Di mana pun tempatnya, tak bakalan ketemu puisi-puisi itu
Di segitiga bermuda sekalipun
Puisi-puisi seperti telah kehilangan maknanya sebagai puisi
Aku pun bertanya-tanya
Jika hanya untuk merayu dirimu saja tak bisa
Buat apa puisi-puisi itu ada?
Oalah, di mana lagi aku harus mencari kata-kata puitis untukmu?
Aku butuh kata-kata yang bisa bikin matamu bebinaran
Kalimat tersusun yang memompa udara pada jantungmu
Bait-bait yang mengalirkan sungai rindu di ceruk dadamu
Sebuah puisi, yang membuatmu jatuh cinta padaku
Serangkaian kata puitis yang ingin kupersembahkan untukmu
Ada banyak kata dan kalimat indah nan menggetarkan di puisi-puisi itu
Tapi aku takut kau tak mampu mencernanya
Bukan maksudku mengataimu tak cukup pintar buat memahaminya
Toh, aku pun hanya bisa mengejanya, tak tahu apa maksudnya
Lalu kubuka status di dinding-dinding fesbuk
Ribuan teman yang kebanyakan tak pernah kujumpa
Tetap saja, tak ada kata-kata puitis itu, yang ingin kuberikan padamu
Di sana hanya ada sumpah serapah, caci maki, keluhan dan curhat
Bahkan pada status milik para penyair
Aku ingin terus mencari-carinya, kata-kata puitis itu
Tak ada hal berlebihan jika itu menyangkut dirimu
Tapi kalau setiap penyair membuat puisi hanya untuk dirinya
Di mana pun tempatnya, tak bakalan ketemu puisi-puisi itu
Di segitiga bermuda sekalipun
Puisi-puisi seperti telah kehilangan maknanya sebagai puisi
Aku pun bertanya-tanya
Jika hanya untuk merayu dirimu saja tak bisa
Buat apa puisi-puisi itu ada?
Oalah, di mana lagi aku harus mencari kata-kata puitis untukmu?
Aku butuh kata-kata yang bisa bikin matamu bebinaran
Kalimat tersusun yang memompa udara pada jantungmu
Bait-bait yang mengalirkan sungai rindu di ceruk dadamu
Sebuah puisi, yang membuatmu jatuh cinta padaku
Aku Ingin Menjadi Penyair, Tapi Hanya Untukmu
Tak ada keinginanku
menulis puisi-puisi lalu mengirimkannya
ke koran
Aku hanya ingin menulis puisi untukmu
Dan karenanya, pun menjadi penyair bagimu saja
Kuakui, aku menulis puisi karenamu
Mengambil inspirasi darimu belaka
Aku akan menulis puisi tentang gerai rambutmu
Juga hidungmu yang lucu
Bahkan cara bicara dan kerlingan matamu
Akan kutemukan kata-kata tentangnya
dan membariskannya sebagai puisi
Pula pada ketika kita bertemu
Pada rapat-rapat dan perdebatan
Meski kau dan aku tak bicara
Aku tetap bisa menuangkannya sebagai puisi
Lalu saat kau berjalan membelah barisan
atau waktu kau berteriak menggugah semangat massa
Hopla!
Jadilah puisi-puisi itu
Maka, tak ada alasan bagiku menulis puisi selain untukmu
dan aku pun akan menjadi penyair, tapi hanya untukmu
menulis puisi-puisi lalu mengirimkannya
ke koran
Aku hanya ingin menulis puisi untukmu
Dan karenanya, pun menjadi penyair bagimu saja
Kuakui, aku menulis puisi karenamu
Mengambil inspirasi darimu belaka
Aku akan menulis puisi tentang gerai rambutmu
Juga hidungmu yang lucu
Bahkan cara bicara dan kerlingan matamu
Akan kutemukan kata-kata tentangnya
dan membariskannya sebagai puisi
Pula pada ketika kita bertemu
Pada rapat-rapat dan perdebatan
Meski kau dan aku tak bicara
Aku tetap bisa menuangkannya sebagai puisi
Lalu saat kau berjalan membelah barisan
atau waktu kau berteriak menggugah semangat massa
Hopla!
Jadilah puisi-puisi itu
Maka, tak ada alasan bagiku menulis puisi selain untukmu
dan aku pun akan menjadi penyair, tapi hanya untukmu
Jika Tentangmu, Betapa Mudah Membuat Puisi
Aku pun takjub tak terkira
Seakan-akan kata-kata itu dedaunan jatuh
Yang tinggal kupungut dan kuatur sedemikian rupa
Jari-jari tanganku ibarat ibu kata-kata
Dari ujungnya keluar bayi-bayi puisi
Mataku mata superman untuk ukuran penyair
Api menyeruak dari kerlip mataku dan menyusun bebait puisi
Bahkan hatiku mendadak merupa neon
Ketika menyala, laron-laron kata langsung merubungi
Apa rahasia yang kau punya
Sehingga dirimu menjelma mata air bagi puisi-puisiku?
Seakan-akan kata-kata itu dedaunan jatuh
Yang tinggal kupungut dan kuatur sedemikian rupa
Jari-jari tanganku ibarat ibu kata-kata
Dari ujungnya keluar bayi-bayi puisi
Mataku mata superman untuk ukuran penyair
Api menyeruak dari kerlip mataku dan menyusun bebait puisi
Bahkan hatiku mendadak merupa neon
Ketika menyala, laron-laron kata langsung merubungi
Apa rahasia yang kau punya
Sehingga dirimu menjelma mata air bagi puisi-puisiku?
Bahkan, Aku Bisa Menulis Puisi tentang Jempolmu
Aku akan menuliskannya begini:
Memuja wajah manismu adalah hal biasa
Sebagaimana laki-laki lain melakukannya
Tapi jempolmu, siapa yang sempat memikirkannya?
Jika aku mencintaimu, aku pun akan mencintai jempolmu
Kubayangkan jempol-jempol itu, di setiap lekuknya
Mengelusnya sama seperti aku mengelus pipimu
Aku tak peduli pada wajah cantikmu yang fana
Tak persoalan ada bedak terpoles atau tidak di atasnya
Apakah kau melentikkan bulu matamu
Bagaimana rambut hitammu direbonding atau cuma dishampo
Yang penting, jempol-jempol itu, berikanlah padaku
Terserah metode macam apa kau melakukannya
(menyerahkan jempol-jempol itu padaku)
Meskipun, tentu, kau tak perlu mencopotnya
Cukuplah datang padaku di malam yang sepi
Kau pinjamkan jempol-jempolmu dalam beberapa saat
Akan kucium mereka, kukecup satu demi satu
Selebihnya, kita bisa bernegosiasi lagi….
Memuja wajah manismu adalah hal biasa
Sebagaimana laki-laki lain melakukannya
Tapi jempolmu, siapa yang sempat memikirkannya?
Jika aku mencintaimu, aku pun akan mencintai jempolmu
Kubayangkan jempol-jempol itu, di setiap lekuknya
Mengelusnya sama seperti aku mengelus pipimu
Aku tak peduli pada wajah cantikmu yang fana
Tak persoalan ada bedak terpoles atau tidak di atasnya
Apakah kau melentikkan bulu matamu
Bagaimana rambut hitammu direbonding atau cuma dishampo
Yang penting, jempol-jempol itu, berikanlah padaku
Terserah metode macam apa kau melakukannya
(menyerahkan jempol-jempol itu padaku)
Meskipun, tentu, kau tak perlu mencopotnya
Cukuplah datang padaku di malam yang sepi
Kau pinjamkan jempol-jempolmu dalam beberapa saat
Akan kucium mereka, kukecup satu demi satu
Selebihnya, kita bisa bernegosiasi lagi….
0 komentar:
Post a Comment